Motherhood Journey #2 Give a Birth - nisyahimani.blogspot.com

Tuesday, March 30, 2021

Motherhood Journey #2 Give a Birth

Kali ini saya akan menceritakan proses kelahiran anak saya, Humayra Fatih Tsurayya ke dunia. Sebagai pengingat juga bagi saya, bahwa inilah perasaan saat berjuang untuk melahirkan, menjalani salah satu tugas sebagai seorang ibu.


18 Oktober 2019. Pukul 21.00 WIB


Yang ditunggu-tunggu telah tiba. Its time to bloody show! Keluarnya bercak darah pertanda pembukaan persalinan dimulai. Selang beberapa menit setelah itu, untuk pertama kalinya dalam hidup, saya merasakan bagaimana rasa sebuah kontraksi. Yang disebut-sebut sebagai gelombang cinta, dinamakan gelombang karena ia datang dan pergi. Mules mules gremet-gremet, lalu hilang. Muncul lagi mules gremet, lalu hilang. Untuk mengukur seberapa intens kontraksi yang saya rasakan, saya menginstall aplikasi contraction timer.


lendir yang menandakan persalinan akan dimulai


Saat itu, saya bingung harus menghubungi siapa, harus mengajak ngobrol siapa. Karena posisinya saya sendirian di kamar di rumah mertua. Suami sedang dalam perjalanan pulang dari dinas luar di Pemalang. ibu dan bapak mertua (yang saya panggil Umi dan Abi) sudah terlelap di rumah belakang (Saya bersama suami menempati rumah bagian depan). Saya hubungilah beberapa teman, dan untungnya Diana belum tidur dan membalas chat saya. Dia menyarankan agar saya membangunkan umi. Tapi dari hasil baca-baca terkait persalinan, selama kontraksi belum intens dan ketuban belum pecah, masih aman untuk beristirahat secara nyaman di rumah. Jadi saya selow saja saat itu sambil videocall dengan Diana.


Karena proses kontraksi itu tumbuh, datang, hilang berganti, lalu datang lagi persis kaya mantanmu, saat kontraksi tidak terasa, saya buat tidur, lalu terbangun saat kontraksi datang lagi, proses ini membuat agak pusing, jadi saya putuskan bersiap-siap saja, berganti baju, memakai kerudung, berjaga seumpama harus berangkat ke Puskesmas dalam waktu dekat. Saat sudah berpakaian rapi dan lengkap, saya putuskan untuk keluar kamar, duduk, berjalan-jalan, kipasan (karena gerah banget), minum, hingga tak terasa hari sudah berganti.


siap berangkat ke Puskesmas


19 Oktober 2019. 02.30 WIB


Saat saya berjalan-jalan riwa riwi (di dalam rumah) dan duduk-duduk mengalihkan rasa mulasnya kontraksi, Abi terbangun dan bertanya apa sudah mau lahiran, kok sudah berpakaian lengkap. Saya bilang bahwa saya sudah mulai mulas-mulas lalu Abi bergegas membangunkan Umi dan Umi bilang berangkat ke Puskesmas sekarang saja.


Berangkatlah kita ke Puskesmas dengan membawa tas bersalin yang sudah saya siapkan jauh-jauh hari. Sesampai disana, bidan mulai mengecek pembukaan dengan Vaginal Touch (VT), jari bidannya dimasukkan ke vagina kita. Rasanyaaa? hmmmm.. karena sudah parno duluan, rasanya jadi sakit. Mungkin bila saat itu saya sedikit rileks sakitnya bisa sedikit terkurangi. Bidannya bilang bahwa masih pembukaan 1. Akhirnya saya mengajak untuk pulang saja karena lebih nyaman bila menunggu pembukaan dengan beristirahat di rumah.


Pukul 09.00 suami datang, haaa bahagia rasanyaaa.. Terkabul juga doa mama. Mama berdoa supaya saya bisa lahiran dibarengi suami, padahal umi sudah bilang "gapapa meski mas Aim belum datang, kan ada saya", hehehe. Lalu sekitar jam 8 malam kami periksa ke Puskesmas dan sudah bukaan 4. Mulailah saya tidak bisa berperilaku normal karena mulasnya sudah agak sangat amat menggremeti perut. Minta dikusuk-kusuk terus sama suami dan nasi rawon pun tidak bisa masuk karena saking mulasnya. Suami pun diberi ijazah doa sama Mbah Umi (ibunya Abi) agar persalinan lancar. 

Q.S Al-Isra ayat 82


Mulasnya tambah menjadi-jadi, saya pun mulai bersikap dekstruktif dengan menggenggam kuat dipan ruang bersalin dan mulai mengeluarkan teriakan-teriakan tidak beraturan. Kini saya menyesali kenapa saya berbuat seperti itu ya... kan saya sudah belajar nafas dan tenang. Sepertinya malam itu yang sudah saya pelajari ambyar semua hiks 😣😣 saya juga sempat berteriak "aku kebelet e'eek..", karena semakin mendekati, semakin rasanya seperti orang mau BAB. Tetapi pada saat itu saya ingat saya terus mengunyah kurma dan minum air putih karena sadar saya butuh tenaga untuk mengejan. Alhamdulillah itu juga membantu ternyata.


Lalu saat bidan mengecek lagi dan sudah bukaan 10, mulailah saya boleh mengejan, dan samar-samar saya ingat saat itu, salah satu perawat memecah kantung ketuban saya, dan bu bidan sempat bertanya "lah lapo kok dipecahno?" Meski wadidaw saya tidak sempat bereaksi apa-apa saat itu, fokus dengan proses ngejan-mengejan dengan sebelah perut dan kedua kaki saya dihadap oleh 2  perawat dan 1 bidan, sebelah kepala kanan saya suami dan kepala sebelah kiri saya umi.


Kamu tau saat itu? Selama proses mengejan saya salah total. Saya kira melahirkan itu seperti BAB, saat tarik nafas saya tidak boleh melepaskannya, karena takut kepala bayi masuk lagi, akhirnya saya kesusahan untuk bernafas dengan tenang karena saya gopoh untuh inhale tetapi tidak exhale. Wkwkkw ngakak banget kalau ingat itu. Lah gak ada yang bilangin kalau saya exhale kepala bayinya gak masuk lagi kok. Wkwkkw mbuh kah.


Hingga pada pukul 01.30 Pada 20 Oktober 2019, bayi perempuan yang lucu telah lahir ke dunia. Pertama kali yang saya pikirkan apakah anak saya sehat dan lengkap tanpa cacat satupun. Dan alhamdulillah ternyata jawabannya iya. Hati saya teduh sekaligus haru saat suami mengadzankan bayi mungil kami.


Tidak berhenti sampai disini, mbak perawat harus memasukkan tangannya kembali untuk mengambil bola kapas yang dimasukkan untuk menghentikan pendarahan saat persalinan, saya sempat bertanya haruskah itu dilakukan sekarang, karena saya merasa masih sakit semua. Mbak perawat bilang, "Oh apa mau nanti infeksi dan malah diberi tindakan bedah di RS di Lumajang?" Huhuhu sambil menangis saya tahan rasa sakitnya. 


Setelah saya menyusui bayi saya (menempelkan payudara ke mulut bayi, meski saat itu ASI belum keluar) dan si adik bayi dipegang umi, saya ingin ke kamar mandi untuk BAK dan mandi. Tapi yang saya rasakan saat itu saya sangat lemas dan tidak bisa berdiri dengan tegak, seperti kehilangan beberapa persen nyawa. Sehingga saya minta suami untuk membantu saya mandi.


Dan babak baru dalam hidup saya sebagai ibu dimulai 😎







No comments:

Post a Comment