Kali ini saya akan menceritakan proses kelahiran anak saya,
Humayra Fatih Tsurayya ke dunia. Sebagai pengingat juga bagi saya, bahwa inilah
perasaan saat berjuang untuk melahirkan, menjalani salah satu tugas sebagai seorang ibu.
18 Oktober 2019. Pukul 21.00 WIB
Yang ditunggu-tunggu telah tiba. Its time to bloody show! Keluarnya
bercak darah pertanda pembukaan persalinan dimulai. Selang beberapa menit
setelah itu, untuk pertama kalinya dalam hidup, saya merasakan bagaimana rasa
sebuah kontraksi. Yang disebut-sebut sebagai gelombang cinta, dinamakan
gelombang karena ia datang dan pergi. Mules mules gremet-gremet, lalu hilang.
Muncul lagi mules gremet, lalu hilang. Untuk mengukur seberapa intens kontraksi
yang saya rasakan, saya menginstall aplikasi contraction timer.
lendir yang menandakan persalinan akan dimulai |
Saat itu, saya bingung harus menghubungi siapa, harus mengajak ngobrol siapa. Karena posisinya saya sendirian di kamar di rumah mertua. Suami sedang dalam perjalanan pulang dari dinas luar di Pemalang. ibu dan bapak mertua (yang saya panggil Umi dan Abi) sudah terlelap di rumah belakang (Saya bersama suami menempati rumah bagian depan). Saya hubungilah beberapa teman, dan untungnya Diana belum tidur dan membalas chat saya. Dia menyarankan agar saya membangunkan umi. Tapi dari hasil baca-baca terkait persalinan, selama kontraksi belum intens dan ketuban belum pecah, masih aman untuk beristirahat secara nyaman di rumah. Jadi saya selow saja saat itu sambil videocall dengan Diana.
Karena proses kontraksi itu tumbuh, datang, hilang berganti, lalu datang
lagi persis kaya mantanmu, saat kontraksi tidak terasa, saya buat
tidur, lalu terbangun saat kontraksi datang lagi, proses ini membuat agak
pusing, jadi saya putuskan bersiap-siap saja, berganti baju, memakai kerudung, berjaga seumpama harus berangkat ke Puskesmas dalam waktu dekat. Saat sudah berpakaian rapi dan lengkap, saya putuskan untuk keluar kamar, duduk, berjalan-jalan, kipasan (karena gerah banget), minum, hingga tak terasa hari sudah berganti.
siap berangkat ke Puskesmas |
Saat saya berjalan-jalan riwa riwi (di dalam rumah) dan duduk-duduk mengalihkan rasa mulasnya kontraksi, Abi terbangun dan bertanya apa sudah mau lahiran, kok sudah berpakaian lengkap. Saya bilang bahwa saya sudah mulai mulas-mulas lalu Abi bergegas membangunkan Umi dan Umi bilang berangkat ke Puskesmas sekarang saja.
Berangkatlah kita ke Puskesmas dengan membawa tas bersalin yang sudah saya siapkan jauh-jauh hari. Sesampai disana, bidan mulai mengecek pembukaan dengan Vaginal Touch (VT), jari bidannya dimasukkan ke vagina kita. Rasanyaaa? hmmmm.. karena sudah parno duluan, rasanya jadi sakit. Mungkin bila saat itu saya sedikit rileks sakitnya bisa sedikit terkurangi. Bidannya bilang bahwa masih pembukaan 1. Akhirnya saya mengajak untuk pulang saja karena lebih nyaman bila menunggu pembukaan dengan beristirahat di rumah.
Pukul 09.00 suami datang, haaa bahagia rasanyaaa.. Terkabul juga doa mama. Mama berdoa supaya saya bisa lahiran dibarengi suami, padahal umi sudah bilang "gapapa meski mas Aim belum datang, kan ada saya", hehehe. Lalu sekitar jam 8 malam kami periksa ke Puskesmas dan sudah bukaan 4. Mulailah saya tidak bisa berperilaku normal karena mulasnya sudah agak sangat amat menggremeti perut. Minta dikusuk-kusuk terus sama suami dan nasi rawon pun tidak bisa masuk karena saking mulasnya. Suami pun diberi ijazah doa sama Mbah Umi (ibunya Abi) agar persalinan lancar.
Q.S Al-Isra ayat 82 |
No comments:
Post a Comment