Dengan persiapan yang telah direncanakan sebelumnya, mulai dari manasik, persiapan mental, hingga barang-barang bawaan, berangkatlah suami saya beserta bibinya untuk melaksanakan ibadah haji. Meskipun saya sudah mempersiapkan hati jauh-jauh hari, tetap saja saya mewek saat melihat suami berpamitan dengan kakek, ibu bapak, dan sanak saudara lainnya. Tapi saya cukup bangga dengan diri saya sendiri, karena untuk ukuran orang yang nangisan, tangisan saya tidak terlalu intens dan bisa terkontrol (tidak berlarut-larut, tau kapan untuk berhenti).
pardon my pale face :3
Satu minggu berlalu, saya merasa disana adalah waktunya bagi suami saya untuk beribadah dengan khusyu' tanpa memikirkan keduniawian dan permasalahan yang ada di tanah air, jadinya saya setiap ngechat selalu berisi doa yang intinya semoga ibadahnya lancar disana dan sehat selalu.
Minggu kedua, suami mulai bertanya harus beli oleh-oleh apa untuk sanak saudara yang di tanah air.
Minggu-minggu selanjutnya suami dan saya mulai chatting biasa layaknya saat suami dinas luar kota, ngalor ngidul ngomongin apa saja sampai tidak merasa bahwa suami sedang berhaji. Paling yang membedakan hanya lebih sering menghitung jam WIB untuk dikurangi 4 jam, menyesuaikan dengan jam disana. Selebihnya biasa saja, ngomongin kerjaan, portofolio, online shop, gadget, dan keduniawian lainnya.
Banyak yang bertanya, "apa nggak kangen?". Definisi kangen menurut KBBI adalah "ingin sekali bertemu" sedangkan untuk definisi rindu adalah "sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu", dan jujur, saya ingin bertemu suami saya tapi tidak sekarang, tidak "sangat ingin", nanti saja saat ia sudah waktunya pulang. Apakah bisa dikatakan saya tidak rindu? hehe ya bolehlah dikatakan saya rindu, tapi tidak semengganggu itu, tidak membuat saya menangis karena rindu atau sampai tidak enak makan, rindu yang sewajarnya saja. Saya bersyukur, mungkin ini salah satu doa yang banyak orang panjatkan terhadap kami "semoga lancar ibadah hajinya" karena ketidakrewelan saya saat hamil ini merupakan salah satu faktor pendorong kelancaran ibadah suami saya, alhamdulillah.
Lah bagaimana mau rindu, si mas sering banget kirim swafoto disana, kan saya mikirnya dia sehat dan baik-baik saja sehingga tidak kepikiran, tenang, dan jadinya tidak rindu. Hahahaha.
Ngomong-ngomong soal rewel, bagaimana hamil tapi suaminya sedang jauh? ya biasa aja lho. Karena terbiasa LDR ditinggal suami dan melakukan apa-apa sendiri, 40 hari ditinggal ya hidup normal-normal aja, kehamilan berjalan mengalir, alhamdulillah tanpa rewel-rewel yang berarti. Saya meyakini bahwa suami sedang menghadap di rumahNya, sedang beribadah untuk menyempurnakan agamaNya, dan mendoakannya agar bisa menjadi manusia yang lebih baik dan bertambah keimanannya.
Jadi untuk kalian ibu-ibu yang mungkin akan ditinggal suami dalam beberapa waktu tertentu apalagi dalam kondisi hamil, semangat ya! kalian pasti bisa! gunakan kekuatan doa dan afirmasi positif bahwa semua akan baik-baik saja dan semua akan berlalu hingga waktu akan mempertemukan kalian kembali.
Dari saya, yang beberapa hari lagi akan bertemu suami saya. ihiy..
No comments:
Post a Comment