Untuk seseorang yang telah mengajarkan kepadaku bagaimana rasanya mencintai-dicintai seseorang, gelinya, gemesnya, nggilaninya.
Untuk seseorang yang telah memberitahuku bahwa kita perlu untuk menjadi diri kita sendiri, dan menghargai bahwa setiap orang memiliki keunikan masing-masing.
Untuk seseorang yang telah menunjukkan bagaimana rasanya kesengsem.
Untuk seseorang yang telah mengirimi chat-chat yang membuat tersenyum, tertawa getir, tertawa terjungkal.
Untuk seseorang yang telah melayangkan telepon-telepon dini hari.
Untuk seseorang yang telah menjadi bahan tulisanku, di diary, blog, tumblr, twitter, facebook, dan media yang mungkin aku lupa pernah menulisnya.
Untuk seseorang yang telah mengirimi chat-chat yang membuat tersenyum, tertawa getir, tertawa terjungkal.
Untuk seseorang yang telah melayangkan telepon-telepon dini hari.
Untuk seseorang yang telah menjadi bahan tulisanku, di diary, blog, tumblr, twitter, facebook, dan media yang mungkin aku lupa pernah menulisnya.
Untuk seseorang yang telah bersedia menunjukkan masa lalunya untukku.
Untuk seseorang yang rela ngirim surat panjang-panjang dan ternyata suratnya nyantol di tetangga Malang beberapa bulan, dan akhirnya aku minta nulis ulang lalu dikirimlah lewat email.
Untuk seseorang yang nekat motoran dan berhenti di depan rumah tengah malam demi meminta maaf.
Untuk seseorang yang tidak pernah punya foto berdua denganku, sekalinya punya, filenya pun hilang.
Untuk seseorang yang pernah bermain "A Thousand Years" menggunakan harmonika dan dikirim audio filenya lewat whatsapp.
Untuk seseorang yang tangannya pernah terluka saat magang gegara mikirin aku (katanya, hmm).
Untuk seseorang yang mengaku hidupnya selalu saja bersinggungan dengan angka 13.
Untuk seseorang yang mengaku hidupnya selalu saja bersinggungan dengan angka 13.
No comments:
Post a Comment