source : instagram.com/filmposesif |
Izinkan saya mereview film ini dari berbagai sisi sudut pandang yang bisa saya bayangkan.
Sudut Pandang Tante yang Lagi Nonton Film Ini Bareng Ponakannya
Saat saya menonton ini, saya berstatus sebagai mahasiswa yang baru lulus sarjana dan ponakan saya yang saat itu kelas 2 SMA, atau kelas 11 (gitu kan ya? jaga-jaga kalau ponakanku baca ini), otomatis saya berkewajiban untuk membimbing dia dong, saat beberapa kali terdapat adegan kissing, saya harus me-nyelimur-kan suasana agar tidak awkward. Namun minimal, setelah nonton ini, pesan moral yang bisa saya sampaikan pada dia adalah, bahwa kita sendiri adalah penentu keputusan apapun dalam hidup kita, jangan mau dipengaruhi orang lain, apalagi orang tersebut bukanlah orangtua ataupun kerabat kita. Jadi di film ini, Lala (Putri Marino) dan Yudhis (Adipati Dolken) saling memberi dampak negatif pada pengambilan keputusan penting dalam hidup, dalam hal ini menentukan kehidupan pasca lulus SMA.
Sudut Pandang Orang yang Sering Nonton Film (Apakah Selanjutnya Bisa Disebut Pengamat Film? Oh tentu tidak)
Untuk ukuran film Indonesia, film ini kece sih. Make up pemain natural, lebih natural dari film Dilan atau Teman Tapi Menikah, jadi 'berasa' lebih nyata. Acting yang dimainkan oleh Adipati ini keren sih menurut saya! dia sukses bikin saya dan ponakan saya geregetan dengan "posesif"nya. Meski alurnya sangat mudah ditebak dan tiada plot twist yang mengagetkan, film ini masih cantik dan rapi. Acting loncat indah Putri Marino ini juga apik, seperti terlihat bahwa dia atlit beneran. Namun sayangnya, feel kedekatan Lala dan bapaknya kurang digali, jadi kurang dapet bapernya. Overall, film ini masih layak ditonton kok 😊
Sudut Pandang Social Justice Warrior (SJW)
Untuk kalian yang berjiwa-jiwa SJW, film ini tidaklah cocok untuk kalian, bila kalian tetap memaksa ingin menonton ini film, jangan salahkan saya bila nantinya :
source : instagram.com/filmposesif |
No comments:
Post a Comment