(dokumentasi skripsi yang bayar sejuta buat wawancara aja, hiks milik pribadi, 2018)
Skripsi itu apa? Skripsi itu makanan apa? Skripsi mek ngunu tok ae lo. Skripsi susaaahhh pingin nikaaah ajaaa. Skripsi nyebelin. Skripsi ngabisin duit. Hehehe. Tenang aja, bagi yang belum skripsi, bacaan ini mungkin
Entah kenapa, bagiku skripsi itu mengajari kita banyak
hal.
Semakin kesini, semakin memahami mengapa dulu
kakak-kakak dan orang-orang terdahulu selalu ‘sambat’ akan skripsi. Bagaimana tidak,
satu semester hanya berisi satu mata kuliah, dan bisa bisanya waktu satu
semester itu sangat kurang :3 sangaattt kuraaaang sekaaliiii…
Meski asas sawang sinawang tetap berlaku ya, tetapi
aku yakin setiap orang memiliki jenis badai masing-masing di setiap skripsinya.
Mulai dari dosen pembimbing yang super mbulet, super perfeksionis, orangnya enak
atau asik tapi ditinggal kedip aja udah hilang saking sibuknya, ada yang relijius
(ngajak anak bimbingannya pengajian dulu sebelum bimbingan dudududu~), ada yang
muacem macem pokoknya. Nah kalo kebetulan dosen pembimbingnya super enak dan
mudah memberikan tandatangan dan ACCnya, mungkin masalahnya di sasaran
penelitiannya nih, kompleks banget kalo ndengerin mahasiswa PETA (Penikmat
Tugas Akhir) curhat, mulai dari cari ibu hamil sejumlah 200 orang keliling
seluruh kota dan tiap ketok pintu kebanyakan ibunya nolak karena moody, ada
yang hampir berhenti kuliah gara-gara cari pengusaha kaya yang beromzet diatas
500 juta dan berusia dibawah 30 tahun, ada yang pusing cari ikan cupang yang
sesuai dengan kriteria inklusi penelitiannya, bahkan ada yang tersendat sasaran
penelitian karena membutuhkan uang yang gak sedikit untuk memberi perlakuannya,
duh pokoknya ada aja alasan ke hoka hoka bento deh~~ adaaaa ajaaa halangannya.
Nah mungkin ada yang dosen pembimbingnya enakeun,
sasaran penelitiannya mudah dan murah dalam perlakuannya, tapi mualessss minta
ampun mau ngerjain skripsinya. Ya benar, badainya berasal dari dirinya sendiri.
Ada yang harus pulang kampung untuk mengurusi kerabat yang sakit sehingga harus
meninggalkan dulu skripsinya, ada yang merasa lebih enjoy dalam pekerjaan atau
pasionnya, sehingga meninggalkan skripsi yang sama sekali tidak menghasilkan apa-apa
dan malah menghabiskan apa-apa (duit, waktu, tenaga, cinta, belaian, dll).
Apapun jenis badai yang menerpa skripsimu, percayalah,
ingat pesanku, skripsi akan selesai bila
dikerjakan. Hehehe. Yaiyalah betapapun banyak alasanmu, alasan untuk membentengi
rasa malasmu, rasa aman dan tentram di zona nyamanmu, rasa eman-eman duite, rasa apapuunn yang menghalangimu untuk mengerjakan
skripsi, skripsi akan selesai bila
dikerjakan.
Rapatkan barisan, hidupkan malam-malam dengan revisian,
cambuk diri sendiri untuk melaksanakan bimbingan, dan bayangkan betapa indah
hidupmu bila jeratan skripsi tak lagi membebani angan. Semangatlah pejuang
skripsi!
(SKM adalah susu ken*al manis, sarjana kesayangan mertua, Sarjana Kesehatan Masyarakat)
disclaimer : tulisan ini tidak untuk sombong ataupun pamer (astaghfirullah), tulisan ini semata-mata ditulis saat malas mengerjakan revisian dan malas ke kampus dan malas bimbingan, huhuhu semangato aku~)
Hehe...skripsi itu kalau sudah jadi dan dibaca lagi beberapa tahun kemudian, bikin malu. "Halah, muk ngene ae kok biyen mumet ki nyapo."
ReplyDeletePadahal dulu pas baru selesai merasa sebagai orang paling ilmiah. 😆😆😆
Eh, tp ini saya lho ya...
Dan lagi, skripsi itu karya utk S-1. Bikin yang sederhana saja wong ya memang levelnya segitu.
Btw, salam kenal, mbak.
Salam kenal mbak Diah.. makasih udah mampir nih :D
ReplyDeleteIya mbak, sekarang kalau inget-inget dulu mikir skripsi banget "iku gek nyapo" gitu ya mbak, hehe.
Samaa mbak, merasa menjadi mahasiswa seutuhnya karena sudah melewati skripsi, haha nuarsis banget kalau diinget-inget.