Merenungi Makna Pernikahan Melalui Drama Korea - nisyahimani.blogspot.com

Friday, September 7, 2018

Merenungi Makna Pernikahan Melalui Drama Korea



Daripada terus menerus kzl dengan karakteristik rakyat Indonesia yang selalu ikut campur dengan kehidupan pra pernikahan, hari H pernikahan serta pasca pernikahan orang-orang sekitarnya, bagaimana kalau kita sejenak merenungi makna pernikahan dari tayangan drama korea “Because This Is My First Life (2017)”?

Beberapa orang beranggapan menonton drama korea adalah sesuatu yang useless dan cuma ngabisin waktu.  Tapi bagi beberapa yang lain, drama korea adalah sesuatu hal berharga yang menambah warna beragam dalam kehidupan ini, entah sebagai pelarian, entah sebagai self-healing, entah bagai oase untuk padang pasir jiwa-jiwa yang kesepian, dan hal yang membahagiakan lainnya.

Mari kita mulai memasuki kehidupan  Yoon Ji Ho dan Nam Se Hee. Ji Ho adalah seorang wanita berprofesi penulis skenario drama televisi yang harus pindah dari rumah yang ia tinggali dengan adiknya dikarenakan pacar adiknya yang tengah hamil muda. Sedangkan Se Hee adalah seorang developer aplikasi mobile pencari jodoh (semacam Tinder kalau di Indonesia), yang tengah mencari teman sharing rumah dikarenakan housemate yang sebelumnya tidak sesuai dengan kriteria yang ia inginkan (dikarenakan sifat perfeksionis Se Hee), dengan beberapa kejadian tak terduga yang terjadi, mereka akhirnya tinggal satu atap di rumah Se Hee. Proses pertemuan kedua orang ini unik dan lucu, dengan penguatan karakter yang khas ala drama korea, membuat nggak bosan-bosan melihat pasangan ini.

Setelah beberapa waktu tinggal bersama, Se Hee secara iseng menanyakan apakah Ji Ho mau menikah dengannya, meski Se Hee tidak memiliki perasaan apapun pada Ji Ho, Se Hee telah mempertimbangkan bahwa  Ji Ho merupakan sosok yang tepat untuk menjadi istri karena ia bisa membantunya melunasi rumah yang ia tinggali (karena setiap bulan Ji Ho membayar uang sewa pada Se Hee). Se Hee menyadari bahwa pertanyaannya kelewat absurd dan random serta meminta Ji Ho untuk melupakan permintannya tersebut. Namun tak disangka-sangka, Ji Ho menerima lamaran tersebut. Selain karena Ji Ho frustasi tidak mempunya tempat tinggal, Ji Ho juga merasakan baru kali ini ada orang yang membutuhkannya, setelah sekian lama ia selalu diabaikan oleh orang-orang. Ngenes amat Ji Ho ssi~~

1. Apakah menikah itu untuk menuntaskan ekspektasi orangtua?
Orangtua Se Hee mengancam akan bercerai bila Se Hee tak segera menikah mengingat usianya sudah tidak muda lagi, Se Hee merasa ia hanya perlu menikah untuk mempause omelan orangtuanya dan berencana untuk bercerai seandainya orangtuanya sudah tenang kembali. Ayah Ji Ho menyetujui pernikahan, namun tidak dengan Ibu Ji Ho. Jiho Omma merasa ia susah payah membesarkan Ji Ho agar menjadi orang sukses yang menghasilkan banyak uang, namun Omma-nya kecewa karena Ji Ho memutuskan untuk menikah saat karirnya belum begitu cemerlang.
Kita tidak bisa menutup mata bahwa orangtua-lah yang berperan dalam membesarkan dan membiayai hingga dewasa, namun perlukah orangtua memaksakan kehendak pada anak? Bukankah anak memiliki kehidupan sendiri yang perlu ia jalani? Bukankah setiap manusia memiliki kisah berbeda yang tidak akan sama dengan manusia lainnya? Orangtua Se Hee dan orangtua Ji Ho cukup representatif untuk sedikit mewakili tipe-tipe orangtua di Indonesia.

2. Bisakah menikah  sehemat dan sesederhana mungkin?
Tak sampai seminggu sejak Se Hee melontarkan lamaran yang langsung dijawab “mau” oleh Ji Ho, mereka berdua melakukan pendekatan pada masing-masing orangtua yang disajikan dengan adegan-adegan kocak nan menggelitik. Mereka berdua melangsungkan pernikahan yang paling hemat dalam sejarah per-drama korea-an yang itupun sudah jauh lebih hemat dibanding pernikahan (yang paling hemat sekalipun) di Indonesia. Gaun nikah dipinjami, undangan digital dan mengundang tak lebih dari 30 orang, pengantin berangkat ke altar naik bis umum, fotografer dan penceramah nikah kenalan sendiri, dekor sederhana dan katering sekali duduk (bukan yang : datang, ambil makan - makan, duduk-berdiri ambil lagi - makan lagi – repeat).
Bila itu dilakukan di Indonesia? Opo ra wes dadi rasan-rasan sak kecamatan luuuur?~

3. Apakah bisa menikah dengan orang yang tidak kita cintai?
Meski Se Hee dan Ji Ho sudah resmi menjadi suami istri, hubungan mereka masihlah dingin seperti penyewa biasa yang tinggal di rumah induk semang.  Namun lama-kelamaan mereka berdua mulai menemukan kenyamanan satu sama lain, mulai muncul kecemburuan dan mulai tumbuh hasrat untuk ena ena~, tetapi perasaan itu saling ditepis oleh keduanya mengingat pernikahan mereka adalah pernikahan kontrak.  Setelah berkali-kali denial terhadap perasannya sendiri, Ji Ho dan Se Hee mengakui bahwa mereka berdua saling menyukai dan mulai menjalani hubungan layaknya suami-istri sungguhan meski alur yang disuguhkan begitu lambat.
Witing trisno jalaran soko kulino, membuka hati untuk seseorang yang sudah berjuang untuk kita, meski dengan dalih dijodohkan orangtua, meski dengan alasan terpaksa karena ‘kecelakaan’, atau bahkan  karena hanya dia yang mau menikahi, setidaknya tidak ada kata terlambat untuk mencintai kan? Mashook pak ekoo~

4. Bukankah pernikahan terjadi karena simbiosis mutualisme?
Se Hee yang tak lagi terobsesi dengan cinta dan pernikahan karena telah mengetahui betapa menyakitkan saat sudah sangat mencintai tapi dikhianati, perlahan mulai membuka hati, tersentuh dengan kepolosan hati Ji Ho yang bahkan belum pernah pacaran sebelumnya. Permasalahan  Se Hee yang kesulitan untuk melunasi rumahnya dan Ji Ho yang membutuhkan tempat tinggal teratasi dengan mereka tinggal bersama. Se Hee yang mencoba membunuh rasa kesepian dengan menjadi workaholic dan Ji Ho yang tidak pernah menjalani hubungan sebelumnya melebur dalam hubungan pernikahan yang awalnya sedingin es batu menjadi couple yang kyuptaaa~
Meski “menikahlah bila kau merasa mendapatkan lebih banyak manfaat daripada kau single” terdengar lebih jujur daripada “nikahilah seseorang bila kau merasa surga lebih dekat dengannya”, setidaknya tetap harus pencitraan kan? Heuheu~~

No comments:

Post a Comment